BUDIDAYA SANSEVIERIA



Sebagai tanaman hias sansevieria sangat mudah dirawat, tidak membutuhkan banyak lahan, dan dapat berfungsi sebagai penyerap polutan. Ketiganya adalah sifat utama sansevieria yang memenuhi kriteria terhadap tuntutan masyarakat yang semakin sibuk, tak punya lahan yang luas, serta sarat dengan polusi.

Alasan kenapa tanaman ini mempunyai banyak ragam adalah karena perbanyakan yang dilakukan pada tanaman ini tidak selalu menghasilkan jenis yang sama dengan induknya. Kecantikan sansevieria ditunjukkan dari ragam jenis, bentuk, ukuran, dan warna daun. Ragam jenis yang ada di alam tidak hanya diperoleh dari persilangan tanaman tetapi juga karena mutasi. Tanaman ini mudah mengalami mutasi, bahkan saat dilakukan pengembangbiakan melalui stek daun, yang seharusnya anakan akan seperti induknya namun pada sansevieria akan sering terjadi mutasi sehingga anaknya berbeda dengan induknya. Selain itu keistimewaanya adalah ada berbagai ukuran daun baik yang besar, kecil, bentuk memanjang atau pendek, melebar atau membulat juga corak warna yang juga beragam.



Daya tarik lainnya adalah mampu tumbuh di naungan yang sangat minim cahaya dan pada tempat yang mendapat cahaya penuh. Tetap tumbuh pada kondisi kering sehingga jika beberapa hari tidak disiram pun tanaman ini masih mampu tumbuh. Pembudadayaanya pun sangat sederhana dan mudah.
7 (tujuh) syarat yang harus dimiliki tanaman agar menjadi tren dan diterima masyarakat yaitu cantik, variasi bentuk beragam, variasi warna tinggi, perawatan mudah, tingkat perbanyakan sedang, pertumbuhan lambat, serta bersifat anti polutan dan anti radiasi sejalan dengan penelitian NASA yang menyebutkan sansevieria mampu menyerap 107 polutan udara. Jadi semua sayarat untuk jadi tren terpenuhi oleh sansevieria. Tanaman ini mempunyai jalur metabolisme CAM (Crasulaceaen Acid Metabolism), dimana di malam hari penyerapan oksigen sedikit sehingga tidak mengganggu proses pernafasan manusia.
Bertambahnya variasi penampilan dan karakter sansevieria juga banyak dipengaruhi karena adanya mutasi dari spesies yang sama sehingga menampilkan bentuk, ukuran, dan warna daun yang berbeda. Mutasi dapat terjadi akibat perbanyakan melalui stek daun dan karena adanya pengaruh dari factor lingkungan seperti tingkat kesuburan tanah, suhu, dan pengaruh cahaya. Sinar matahari memiliki spectrum yang beragam berdasarkan panjang gelombang elektromagnetik, salah satunya adalah sinar X dan gamma yang bergelombang pendek. Keduanya merupakan radiasi pengion yang dapat melepas energi (ionisasi) ketika melewati atau menembus materi. Proses ionisasi itu terjadi dalam jaringan tanaman sehingga menyebabkan perubahan sel, genom, kromosom, dan DNA atau gen. Perubahan ini disebut mutasi, hanya saja intensitas sinar X dan gamma dalam sinar matahari sangat rendah sehingga mutasi di alam sangat lamban. Mutasi juga dapat terjadi dengan menginduksi mutagen yang berasal dari bahan-bahan kimia yang ditransfer ke molekul lain yang memiliki kepadatan electron yang cukup tinggi sehingga struktur DNA pada tanaman berubah. Meski demikian adakalanya tanaman mutasi kembali normal apabila dikembangbiakan secara generatif. Walaupun mengalami mutasi, tanaman mutan tetap menyimpan gen normal. Pada generasi tertentu gen normal itu berpeluang muncul kembali. Mutasi akan bertahan bila bagian tanaman yang mengalami mutasi diisolasi dan diperbanyak dengan kultur jaringan.
Kesamaan sosok sansevieria pada jenis-jenis tertentu mudah mengecoh. Perbedaan fisik meskipun hanya sedikit kadang jadi alasan untuk menaikkan harga dengan memberi nama baru. Penamaan yang tidak mengacu pada sumber yang benar akan membuat tanaman ini mempunyai dua nama. Kerancuan ini dapat terjadi karena tanaman kurang cocok dengan lingkungan yang baru sehingga penampilannya berubah. Sansevieria mudah berubah bentuk, penampilan baru ini kerap stabil sehingga nama barunya menjadi paten.Sansevieria trifasciata yang merupakan spesies, paling banyak menghasilkan varian-varian baru karena adanya penyimpangan, menghasilkan kurang lebih 60 varian. Sementara yang termasuk kedalam sansevieria species ada lebih dari 140 jenis.
SYARAT TUMBUH
Sansevieria memerlukan media dan udara yang tidak lembab, suhu optimal siang hari 24-29˚C dan malam hari 18-21˚C, serta tumbuh ideal dengan pencahayaan penuh meski tetap tumbuh jika cahaya kurang.
MEDIA
Pemilihan media dilakukan dengan mempertimbangkan beberapa hal yaitu ketinggian tempat, ketersediaan bahan, dan iklim. Syarat utama media untuk sansevieria adalah porous. Adapun alternative pilihan adalah sebagai berikut :
1. Pasir malang : tanah : pupuk organic : bahan organik (arang sekam, cocopeat atau cacahan pakis) 2 :1 : 1 : 1
2. Pasir malang : sekam bakar 2 : 1
3. Sekam bakar : pasir malang : pupuk kandang 1 : 1 : 1 atau 1 : 2 : 1
4. Sekam bakar : pasir malang : pakis 2 : 1 : 1
PEMUPUKAN
Pemupukan yang paling tepat adalah menggunakan pupuk majemuk yang bersifat slow release. Pupuk ini berbentuk butiran dengan cara pemberian ditebar di permukaan media. Karena sansevieria merupakan tanamana hias daun maka kandungan N yang tinggi sangat diperlukan. Pemberian pupuk adalah 2-3 bulan sekali. Dapat ditambahkan pula pupuk daun atau pupuk cair lengkap yang merupakan pupuk majemuk yang mengandung unsure makro dan mikro yang diaplikasikan melalui daun 2-4 minggu sekali.
PENYIRAMAN
Frekuensi penyiraman disesuaikan dengan kelembaban media. Pada musim kemarau cukup 2-3 hari sekali.
HAMA PENYAKIT
Hama yang sering menyerang adalah ulat, siput telanjang, dan trips. Penyakit yang sering menyerang antara lain jamur Aspergillus niger yang menyebabkan busuk rimpang, bakteri Erwinia carotovora yang menyebabkan busuk basah, jamur Fusarium moniliforme yang menyebabkan busuk daun, jamur Sclerotium rolfsii yang menyebabkan bercak kering, dan nematoda Meloidogyne spp yang menyerang perakaran sansevieria. Pengendalian yang dilakukan dapat secara preventif, kuratif ataupun kimiawi tergantung seberapa berat serangan yang terjadi.
PERAWATAN SANSEVIERIA VARIEGATA
Sansevieria variegata lebih lemah dibanding yng normal karena jumlah kloroplas tanaman variegata lebih sedikit, sehingga penyerapan cahaya matahari tidak optimal. Bila persentase variegata cenderung mendominasi maka kebutuhan cahaya ikut berkurang, bila berlebih maka bagian variegata akan terbakar, maka mutlak diperlukan jaring peneduh misal shading net 50-60%. Tanaman sebaiknya ditanam pada media 100% pasir dan diberikan pupuk seimbang yang bersifat slow release yang dicampur kedalam media.
PEMASUNGAN SANSEVIERIA
Untuk sansevieria yang berdaun tebal dan panjang, arah pertumbuhannya sering tidak beraturan, maka diperlukan modifikasi yaitu pasungan dengan teknik jepit untuk mengarahkan pertumbuhan daun dan jarak antar daun akan menjadi sama. Teknik jepit ini menggabungkan bambu yang keras dengan styrofoam yang lembut agar daun sansevieria tidak terluka. Styrofoam berada di bagian dalam yang bersentuhan langsung dengan daun sedang bambu di bagian luar sebagai penyangga. Bisa juga digunakan bahan lain.
PERBANYAKAN
Sansevieria dapat diperbanyak secara generatif dengan perkawinan bunga untuk mendapatkan hybrid baru tetapi memerlukan waktu yang lama dalam pembungaan dan pemasakan biji. Selain itu, perbanyakan dapat pula dilakukan secara vegetatif, cara ini yang sering banyak dilakukan. Diantaranya adalah dengan pisah anakan, stek daun, potong pucuk, cacah daun, cabut pucuk, stek rimpang, dan kultur jaringan.
1. Pisah anakan merupakan cara konvensional. Anakan dipisah setelah 2-4 bulan. Pada bagian yang terpotong diolesi fungisida dan zat perangsang akar, setelah ditanam disimpan di tempat teduh.
2. Stek daun dapat dilakukan pada daun yang tua. Stek daun mampu menghasilkan anakan yang berbeda dengan induknya. Pada jenis sansevieria yang memiliki kombinasi warna kuning dan hijau, perbanyakan stek daun umumnya menghasilkan anakan berdaun hijau. Daun dipotong 5-10 cm yang dicelupkan kedalam zat perangsang akar, ditanam 1-1,5 cm disiram dan ditempatkan di tempat teduh. Tunas anakan muncul setelah berumur 3-4 bulan.
3. Potong pucuk untuk sansevieria berdaun pendek dengan daun minimal 12 daun, dengan memotong pucuk minimal 3-4 daun dan dijaga agar daun satu dengan lainnya tetap melekat, dioles fungisida dan zat perangsang akar kemudian ditanam, disimpan ditempat yang teduh. Selang 1 bulan akan keluar 2-3 anakan.
4. Cacah daun dilakukan dengan cara memotong-motong daun sansevieria dalam ukuran kecil yaitu 5 cm dan jumlah yang banyak. Bagian daun mulai dari ujung sampai ke pangkal digunakan untuk perbanyakan. Setelah 4-5 bulan atau memiliki 3 daun maka anakan siap dipisah.
5. Teknik cabut pucuk cocok untuk sansevieria berdaun renggang. Caranya dengan mencabut daun termuda dengan menggunakan tangan, 1 bulan akan keluar 1-3 anakan.
6. Stek rimpang dilakukan dengan memotong-motong rimpang yang tua, setiap potongan harus memiliki satu mata tunas, diolesi fungisida dan zat perangsang akar kemudian ditanam.
7. Metode kultur jaringan digunakan untuk melestarikan jenis sansevieria yang langka dan memiliki tingkat pertumbuhan yang lambat. Eksplan yang biasa digunakan adalah tunas pucuk, tunas lateral pada bonggol atau pucuk rimpang.
REPOTTING
Repotting dilakukan dengan hati-hati agar tanaman tidak stress, goncangan dihindari seminimal mungkin, apabila ada bagian tanaman yang patah diolesi fungisida, akar yang membusuk dipotong, apabila tanaman yang dipindah telah mempunyai anakan maka anakan harus telah mempunyai 5-6 helai daun untuk mengurangi resiko kematian kemudian disiram, penyiraman selanjutnya dilakukan 3 hari kemudian.
--------------------------------------------------------------------------------------------------
CARA ATASI MUSUH BESAR SANSEVIERIA

Pada dasarnya tidak terlalu banyak hama dan penyakit yang menyerang sansevieria. Namun demikian beberapa hama dan patogen penyebab penyakit sering mengganggu pertumbuhan tanaman ini. Hama pada sansevieria umumnya dari jenis serangga yang merusak tanaman. Sedangkan penyakit yang menyerang adalah jamur dan bakteri.

Hama
Siput
Siput yang telanjang atau yang berumah akan menyerang bagian daun, bahkan akar tanaman. Gejalanya mudah dikenali, karena tampak adanya bekas gigitan pada daun dan kotoran yang berserakan di sekitar tanaman. Siput aktif menyerang sansevieria pada malam hari. “Pada umumnya, pemberantasan hama ini bisa dilakukan secara manual, yakni dengan cara mengambil dan membuang siput yang umumnya berada di bagian bawah daun. Akan tetapi, bila serangannya cukup hebat, dapat digunakan melusida Metaphar atau Moluskil dengan dosis sesuai anjuran,” ujar Syaichul.

Thrips
Selain siput, hama jenis thrips juga sering menyebabkan kerusakan yang parah. Hama jenis ini menghisap cairan tanaman, sehingga mengganggu pertumbuhan tanaman. Di Indoensia, thrips yang menyerang biasanya dari jenis Herciotrips Feronalis. Hama ini biasanya akan menyerang pada musim kemarau. Thrips dapat diberantas dengan Kelthane, Tracer, atau Supracide dengan dosis sesuai anjuran.

Penyakit
Penyakit yang menyerang sansevieria umumnya merupakan gangguan yang diakibatkan oleh adanya patogen atau jasad renik yang tidak terlihat oleh mata biasa.

Busuk lunak (becterial stem rot)
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Erwinia Carotovora yang menyerang daun atau akar tanaman, terutama menginfeksi melalui luka yang menganga. Daun atau akar yang terserang tampak berwarna kecoklat-coklatan dan terasa lunak bila dipegang, berlendir, serta berbau tidak enak, dan lama kelamaan akan berubah seperti bubur.
---------------------------------------------------------------------------------------------------
Tips Stek daun

Barangkali dapat sebagai tambahan sharing, dari pengalaman beberapa
teman perihal stek daun ada beberapa hal juga yang mempengaruhi
kecepatan muncul dan jumlah anakan, diantaranya :
1. Posisi tanam. Daun yang ditanam dgn posisi miring anakan lebih
cepat keluar dibandingkan dengan daun yang ditanam dgn posisi tegak
lurus.
2. Tingkat kepadatan media. Media tanam stek daun yang gembur lebih
cepat akan mempercepat keluarnya anak dibandingkan dengan media tanam
yang padat. Teman tersebut bahkan ada yang memakai media akar pakis
murni tanpa campuran apapun.
3. Cara pemberian nutrisi. Pemberian nutrisi (pupuk ataupun ZPT)
diberikan dengan cara tanaman/stek daun tersebut "dipuasakan" terlebih
dahulu (tidak disiram sama sekali selama 4/5 hari tergantung cuaca
setempat) setelah benar-benar "puasa"/kering baru disiram dengan
pupuk/zpt dengan dosis 1,5 kali anjuran. Hal tersebut dimaksud agar
penyerapan nutrisi yang diberikan menjadi benar-benar optimal.
Berdasarkan perlakuan tersebut ternyata anakan yang keluar jumlahnya
lumayan banyak, rata-rata >3 bahkan ada yang sampai 9 !!!
Itu sebagian pengalaman teman pada stek daun. Mungkin hal tersebut
belum tentu benar namun tidak ada salahnya untuk dicoba dan
dibuktikan.

sharing pengalaman tentang perbanyakan sansevieria
1. keluarnya akar stek daun lebih cepat jika digeletakin di atas media saja, baru ditanem setelah ada tanda tanda keluar akar
2. ditanem/ dipendam setelah ada tanda tanda keluar akar, akar akan cepat keluar
3. jika tunas lebih sedikit / satu tunas pertumbuhan akan lebih pesat.
4. tunas banyak pertumbuhan lebih lambat
5. anakan bukan stek daun pertumbuhan jauh..... lebih pesat sudah mau dua daun pd waktu hampir sama
6. baru bertunas daun varigata... hasilnya mungkin baru ketahuan beberapa bulan lagi apa varigata ato tidak
[Read More...]


Teknik Pemeliharaan Mawar Mini Agar Rajin Berbunga



Sumber: Jasa Penelitian, Ir. Rahayu Tedjasarwana, MS.,


Mawar mini (Rosa sinensis Hort) merupakan salah satu jenis tanaman hias yang cukup popular di berbagai kalangan masyarakat. Permintaan yang terus meningkat, sehingga diperlukan teknik pemeliharaan yang tepat agar cepat berbunga. Adapun teknik budidaya antara lain pemberian ZPT, pemberian jenis pupuk dan pengendalian hama dan penyakit. Pemberian ZPT paklobutrazol merupakan salah satu cara untuk mempercepat pembungaan pada tanaman mawar mini.
Mawar (Rosa sinensis Hort) adalah salah satu tanaman hortikultura yang memiliki nilai ekonomi tinggi dan memiliki keindahan serta daya tarik. Komoditas mawar merupakan tanaman hias yang dapat diusahakan dengan menjanjikan keuntungan besar. Mawar mini (Rosa sinensis Hort) merupakan mawar pot yang ukurannya mini, diameter bunga sekitar 2-3 cm dengan ukuran daun proporsional. Permintaan mawar sebagai bunga potong meningkat 10% per tahun. Untuk memenuhi proyeksi permintaan yang semakin meningkat diperlukan peningkatan produksi dan kontinunitas pasokan jenis baru dengan mutu yang sesuai dengan permintaan konsumen. Teknik perbanyakan tanaman, penggunaan media tanam yang tepat dan pemeliharaan tanaman yang baik secara teratur sangat diperlukan untuk menstimulasi pembungaan pada mawar mini.
Budidaya tanaman hias pot cenderung menggunakan media tanam tanpa tanah karena lebih bersih dan ringan hingga mudah penanganannya. Budidaya tanaman tanpa tanah dengan menggunakan substrat sebagai pengganti tanah. Tanaman mawar pot umumnya digunakan sebagai tanaman dalam ruangan sehingga diperlukan media yang dapat menahan air atau mempertahankan kelembaban cukup lama. Pengaruh komposisi media tanam dan kaitannya dengan perkembangan akar diperlukan untuk ketahanan mawar mini.

Perbanyakan
Tanaman mawar dapat diperbanyak secara generatif dan vegetatif. Perbanyakan vegetatif yang dilakukan adalah cangkok, okulasi, stek batang atau cabang, dan perbanyakan tanaman in vitro di laboratorium. Perbanyakan secara generatif melalui biji untuk kepentingan permukaan tanaman. Benih yang baik pada mawar pot sebaiknya yang berasal dari stek batang. Kemampuan pembentukan akar dari stek dipengaruhi oleh umur bahan stek yang digunakan dan adanya daun pada bahan stek. Stek dari tanaman yang berumur cukup tua lebih mudah berakar dibandingkan dengan tanaman yang terlalu tua atau terlalu muda. Adanya daun di batang berpengaruh baik terhadap pembentukan akar. Pemotongan stek akan menimbulkan luka karena pelukaan ini terjadi penimbunan karbohidrat dan zat tumbuh di daerah luka tersebut. Pemotongan dilakukan miring 450, agar penampang daerah stek menjadi luas sehingga jumlah akar yang tumbuh menjadi lebih banyak. Okulasi adalah usaha menempelkan mata tunas dari tanaman satu ke tanaman yang lain, dimana okulasi merupakan pembiakan vegetatif buatan dengan perbaikan sifat fisik. Syarat keberhasilan dari okulasi adalah tanaman harus kompatibel, yaitu tanaman atas dan tanaman bawah terjadi kesesuaian sehingga menjadi tunas lalu menjadi tanaman baru. Batang bawah yang biasa digunakan untuk okulasi adalah tanaman mawar pagar (Rosa multiflora atau multic), sedang batang atasnya adalah tanaman mawar hasil silangan. Okulasi biasanya dilaksanakan pada saat kulit batang bawah mudah dikelupas, pada saat itu pertumbuhan tanaman dan sel-sel kambium sedang dalam keadaan aktif. Mawar juga dapat diperbanyak dengan biji. Benih atau biji mawar dapat diperoleh melalui perbanyakan secara generatif. Cara ini biasanya digunakan pada program pemulia tanaman untuk mendapatkan jenis-jenis mawar baru, terutama mawar hibrida atau hasil silangan. Okulasi mata berkayu (chip budding) dapat mempercepat pengadaan bibit mawar dibandingkan dengan metode okulasi biasa. Kelebihan dari chip budding yaitu mempercepat pembungaan, pelaksanaan penempelan mata berkayu dapat dilakukan setiap saat dan tidak tergantung kondisi batang bawah.

Teknik budidaya
Tanaman mawar mempunyai daya adaptasi sangat luas terhadap lingkungan tumbuh, karena itu dapat ditanam di daerah beriklim dingin (sub-tropis) maupun di daerah panas, tanaman mawar dapat tumbuh dan produktif berbunga di dataran rendah sampai dataran tinggi kurang lebih 1500 m dpl. Keadaan iklim yang paling cocok dan paling ideal untuk tanaman mawar adalah dataran menengah mulai dari ketinggian 500 m dpl sampai ± 1500 m dpl. Suhu udara yang relatif sejuk antara 18-260C, kelembaban 70-80%, mendapat sinar matahari langsung dan penuh (panjang) atau minimal 6 jam/hari, dan curah hujan dengan kisaran 1500-3000 mm/th. Keadaan tanah yang cocok untuk tanaman mawar adalah jenis tanah liat berpasir (kandungan liatnya antara 20-30%), subur, gembur, banyak mengandung bahan organik, aerasi dan drainasenya baik dengan derajat kemasaman tanah yang ideal antara pH 5,5 -7,2 .
Mawar mini umumnya digunakan sebagai tanaman dalam ruangan sehingga diperlukan media yang dapat menahan air atau kelembaban cukup lama. Diharapkan adanya suatu media porous yang mudah menyerap air untuk mendapatkan penampilan mawar mini yang bagus. Bahan-bahan selain tanah yang dapat dimanfaatkan antara lain kompos daun bambu, kompos pinus, kompos tandan kosong kelapa sawit, serutan kayu, bagas tebu, sabut kelapa dan zeolit.
Berdasarkan hasil penelitian dari Balithi, komposisi media tanam yang terbaik untuk pertumbuhan tanaman adalah arang sekam dan moss (1:4). Pada media ini nilai porositas tinggi sebesar 82,6%. Nilai porositas tinggi menunjukkan aerasi dan draenasi media tersebut tinggi, berarti laju perkolasi air dan pertukaran udara berlangsung relatif cepat.
Mawar yang ditanam di dalam pot memerlukan komposisi media tanam yaitu berupa campuran tanah yang subur, pupuk organik (pupuk kandang atau kompos), dan pasir atau abu dapur perbandingan 1:1:1. Fungsi abu dapur selain menambah proporsi bahan organik, juga dapat membunuh kuman.
Komposisi media tanam terbaik untuk pertumbuhan tanaman adalah arang sekam plus moss (1:4), karena memberikan tinggi tanaman terendah, jumlah duri sedikit dan hasil bunga cenderung tertinggi. Komposisi media tanam lain dapat digunakan sebagai alternatif untuk mawar mini yang ditanam di pot.
Sebelum bibit ditanam, bibit dicuci dalam air mengalir sampai akar dari bibit tersebut bersih dari sisa media sebelumnya. Akar-akar yang tidak perlu digunting. Setelah tanaman tumbuh dilakukan pemangkasan yang bertujuan untuk mengatur pertumbuhan tanaman sebaik mungkin sehingga dapat menghasilkan bunga dengan bentuk yang indah. Pemangkasan berat dilakukan dengan memangkas rangkaian tunas hingga daun ke-3 dari atas.

Pemberian ZPT Paklobutrazol (Zat Pengatur Tumbuh)
Pemberian fitohormon pada tanaman mawar mini sangatlah penting. ZPT seperti paclobutrazol dapat berfungsi mempercepat waktu pembungaan, meningkatkan hasil bunga dan memperpendek batang. Pemberian paclobutrazol 500 ppm dilakukan mulai sehari setelah pemangkasan, dua kali seminggu selama 5 minggu. Pemberian packlobutrazol dengan konsentrasi 500 ppm berpengaruh dalam menghasilkan bunga sebesar 8,76 kuntum/tanaman akan tetapi menurunkan pertumbuhan tinggi tanaman sebesar 40,3 % sebesar 13,61 cm setelah 5 minggu setelah tanam.
Pemeliharaan tanaman meliputi pengairan, pengabutan, pemberian pupuk cair formula Cipanas A1, penyiangan gulma dan pengendalian hama penyakit. Penyiraman yang dilakukan secara manual setiap hari 1 kali untuk tanaman mawar mini pot sebanyak 300 ml/pot. Untuk mempertahankan kelembaban tanaman dan serangan penyakit embun tepung dilakukan dengan pengabutan 3 jam sekali pada siang hari setiap harinya. Pengabutan untuk mawar mini pot bertujuan untuk membersihkan daun dan menjaga kesehatan tanaman. Pengabutan adalah tetesan air yang dipercikan nozzle pengabutan. Pemberian pupuk cair formula Cipanas A1 satu kali/minggu sebanyak 300 ml/pot sudah cukup untuk pertumbuhan tanaman yang baik.

Formula hara cipanas A1 terdiri dari :
Larutan pekat A yang merupakan campuran terdiri dari :
N (urea) (CO(NH2)2 2 kg
Ca (Ca(NO3)24H2O) 8,235 kg
Fe (FeSO47H2O/Ferm sulfat) 69,7 g
Ketiga unsur tersebut dilarutkan dalam air sehingga didapat 50 l larutan pekat A.

Larutan pekat B merupakan campuran yang terdiri dari ;
P (KH2PO4) 1,617 kg
S (NH4)2SO4/ Za 1,65 kg
Mg (MgSO4 7H2O/ garam inggris 1,1818 kg
Mn (MnSO4H2O/ mangan sulfat 9,3 g
Zn (ZnSO4 7H2O/Zinc sulfat 8,8 g
B (H3BO3/ acid bric granul 11,4 g
Cu (CuSO4 5H2O/ amhe 2 g
Mo (NH4)6Mo 7O244H2O 0,9 g
KCL 3,74 kg

Semuanya dilarutkan dalam air sehingga didapat 50 l larutan pekat B. Larutan cipanas A1 sebanyak 335 ml masing-masing dari larutan pekat A dan B untuk mendapatkan 100 liter larutan hara. Pemberian larutan pupuk ini dilakukan setiap minggu 2 kali. Hasil menunjukkan produksi total bunga dengan pemberian formula hara Cipanas A1 lebih tinggi (71,2 kuntum/petak) dibandingkan dengan formula pupuk Joro dan Cipanas A2
Penyiangan gulma pada tanaman mawar mini dengan cara manual yaitu membuang gulma yang tumbuh di sekitar tanaman pot. Pengendalian hama dan penyakit untuk tanaman mawar mini dilakukan dengan penyemprotan pestisida Agrimex, Decis dan Curacron seminggu sekali sebanyak 0,5 ml/l dengan volume semprot 500 l/ha secara berselang seling (Rahayu Tejasarwana).
Sumber Utama : Balai penelitian tanaman Hias.
[Read More...]


Recent Comments

Popular Posts

Return to top of page Copyright © 2011 | Platinum Theme Converted into Blogger Template by Hack Tutors supported by cara membuat blog